🔊 Dalam menjalankan tugas jurnalistik, seluruh wartawan media online Swara HAM Indonesianews.com dibekali dengan Tanda Pengenal. Harap tidak melayani oknum-oknum yang mengatas namakan media online Swara HAM Indonesianews.com tanpa dilengkapi Tanda Pengenal           🔊 Segala tindakan pelanggaran Hukum yang dilakukan oleh wartawan Swara HAM Indonesianews.com menjadi tanggaungjawab yang bersangkutan

Citra Pendidikan di Pammana Bakal Tercoreng ?"

 Swara Ham Indonesia News,Com

         Attahya, Siswa Kelas III SDN 103 Tadangoalie Kecamatan Pammana.

           "Citra Pendidikan di Pammana Bakal Tercoreng ?"

            Tujuan orang tua untuk menyekolahkan anaknya, selain mengharapkan anak tersebut menjadi pintar, juga diharapkan anak itu berkelakuan dan berkarakter yang baik, sehingga punya kepribadian kelak dan berguna untuk masyarakat, Agama, Nusa dan Bangsa.

Tetapi tidak seperti yang terjadi di salah satu desa di Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo. Di sini, salah seorang siswa kelas III SD 103 Tadangpalie, bernama Attahya terpaksa dikeluarkan dari sekolah hanya karena dinilai nakal oleh oknum gurunya.

       Attahya Binti Fatmawati, nama siswa tersebut, tentunya berakhirlah harapan orangtuanya untuk menyekolahkan anaknya karena tak satupun guru yang mau menerimanya.

       Keyakinan itu di simpulkan Fatmawati karena hal itu dikemukakan langsung Kepala SDN 103 Pangganti, saat Fatmawati menemui kepala sekolah ingin mengetahui kenapa anaknya dikeluarkan dari sekolah.

       "Tak ada satu pun guru yang mau terima Attahya, karena ia nakal," tandas Pagganti kepada Fatmawati yang merasa kecewa karena anaknya sudah dikeluarkan dari pihak sekolah.

       Lebih kecewa lagi karena di duga anak Fatmawati pernah mengalami kekerasan fisik dari salah satu oknum guru di sekolah ini dengan menggunakan benda atau sandal selop.

        Salah seorang pemerhati pendidikan di Makassar yang dimintai pendapatnya mengaku sangat menyesalkan tindakan oknum-oknum guru tadi.

      Menurutnya, tugas seorang guru tidak hanya merubah seseorang dari bodoh menjadi pintar, tetapi juga menjadikan seseorang yang dinilai nakal menjadi berubah, sopan dan santun. Bukan langsung mengeluarkan anak dari sekolah.

       "Tidak seharusnya oknum guru itu makan gaji buta, tetapi bertanggungjawab terhadap sekolah, termasuk jika ada siswanya yang nakal," kesal pemerhati yang tidak ingin disebut namanya dalam pemberitaan ini.

      Menurutnya lagi, seorang guru tidak hanya dituntut memberikan pendidikan, tetapi sekaligus harus menerapkan dan membina anak-anak sehingga mereka tidak nakal lagi.

        Tentunya tindakan oknum guru itu tidak menyelesaikan masalah, tapi justru merugikan siswa yang sudah direnggut hak-haknya, dan tidak mustahil anak tersebut menjadi pendendam sampai akhir hayatnya.

       Kepada yang bertanggungjawab dengan hal ini diminta dengan sangat mengambil langkah-langkah kongkrit agar permasalahan sepele ini tidak merusak citra pendidikan khususnya di Bumi Lamaddukelleng. (Bsr/Abi - SHI).

Posting Komentar untuk "Citra Pendidikan di Pammana Bakal Tercoreng ?""