🔊 Dalam menjalankan tugas jurnalistik, seluruh wartawan media online Swara HAM Indonesianews.com dibekali dengan Tanda Pengenal. Harap tidak melayani oknum-oknum yang mengatas namakan media online Swara HAM Indonesianews.com tanpa dilengkapi Tanda Pengenal           🔊 Segala tindakan pelanggaran Hukum yang dilakukan oleh wartawan Swara HAM Indonesianews.com menjadi tanggaungjawab yang bersangkutan

TRIPIKA PAMMANA MEDIASI KASUS SD 103 TADANGPALIE

 Swara Ham Indonesia News Com. 

TRIPIKA PAMMANA MEDIASI KASUS SD 103 TADANGPALIE


Suasana ketika acara berlangsung di SD 103 Tadampalie, Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo


Fatmawati (kerudung abu-abu) sesaat akan menandatangani surat pernyataan. 

             
                             Attahya Bilal Ramadani. 

 Pemerintah Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo, provinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini Camat Pammana Junisatri, S. STP yang didampingi Kasi Trantib Mecamatan Pammana Amiruddin SH, M.AP, Kapolsek Pammana yang diwakili Aipda Awan Darmawan, Koramil yang diwakili Babinsa Tadangpalie Sertu Baharuddin, Kades Tadampalie Ambo Lolo, Korwil UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Pammana Nurdin Syam, kepala sekolah 103 Pagganti, segenap guru guru, ketua Komite dan BPD, tokoh masyarakat lainnya, hadir dalam acara mencari solusi bagaimana meredam berita terkait sikeluarkannya salah seorang murid bernama Attahya Bilal Ramadani dari sekolahnya karena di nilai nakal dan terjadinya dugaan pemukulan oleh aknum guru berinisial "AW" 

       Tetapi agaknya berita tersebut sebatas mempraduga saja karena terbukti upaya dan kerja keras tim mediasi, dalam hal ini Camat Pammana dan Forkopinda lainnya terjun langsung ke TKP untuk memediasi pihak sekolah dengan narasumber Fatmawati yang sekaligus wali dari Attahya yang diduga dikeluarkan itu.

         Kepala SD 103 Tadampalie Pagganti maupun terduga pelaku pemukulan membantah dengan keras jika berita itu tidak benar.

     "Attahya cuma bohong dan melapor ke walinya dengan memfitnah saya dan guru lain yang ada di sekolah ini, sehingga Fatmawati datang maràh marah tanpa alasan yang jelas, karena Fatmawati tidak melihat langsung kejadian tetapi cuma berdasar di laporan Attahya, kemanakannya itu,"

       Bantahan yang sama diungkapkan Wali kelas III SD Tadampalie yang berinisial AW, bahwa bagaimana mungkin saya melakukan pemukulan dengan menggunakan sandal slop sementara saya tidak pernah memakainya ketika bertugas. Bahkan terhadap Attahya malah sering berbagi makanan, kata "AW" tidak merinci keterangannya apa yang dimaksud berbagi makànan.

     "Sayalah saksinya, jika Fatmawati sering ke SD Tadampalie memarahi kepala sekolàh dan guŕu-guru termasuk mendatangi orangtua murid lainnya karena laporan Attahya yang pembohon itu," kata sumber kesal.

            Bahkan, kata sumber itu lagi, dirinya siap jadi saksi jika diperlukan. "Saya bersedia jadi saksi," kata warga itu lagi.

       Hal senada diungkap warga lainnya yang menilai jika nakalnya Attahya  "ďi otaki" Fatmawati sebagai walinya, karena Fatmawati selalu membela kemanakannya meskipun ketika salah saat bermasalah dengan temannya.

        Sementara itu, Attahya dengan terlebih dahulu meminta 'tabe' dan hormat ala TNI kepada walinya dan tampil di depan atas permintaan Camat yang menceritakan kronologis kejadian meskipun Attahya tetap mengakui terjadinya pemukulan itu.

         " Di sini bukan untuk mencari siapa yang salah dan benar, tetapi mencari solusi agar sekokah dianggap ikut tercamar karena berita onelin itu bisa bangkit kembali debga hasil solusi ini nantinya.

        Hal ini dikatakan Camat Pammana kepada pihak sekolah yang terus memvonis dengan dukungan semua peserta rapat (tentunya terkecuali pihak mediatar yang semata-mata untuk mencari solusi -red).

      Memang dari pantauan awak media ini, hampir 100 persen peserta rapat menyesalkan tindakan Fatmawati dan mereka berharap Attahya tidak sekolah lagi di 103 Tadangpalie.

         "Saya tahu dan merasakan apa yang bapak/ibu rasakan saat ini, namun karena jiwa kemanusian, berkorbankah untuk anak ini (Attahya), lagian Attahya ini koban percerain orangtuanya. Kasian dia, anak seumur dia sdh menanggung beban seberat itu. Kasian Attahya dan kasihan masà depan bangsa ini," kata pak Camàt dengan terharu.

       Akhirnya kembali ke persoalan Attahya, pihak kepala sekolah, komite, kepala desa, BPD akhirnta bisa menerima lagi Attahya di 103 dengan sarat Fatmawati menandatangani surat pernyataan yang intinya tidak akan berbuat lagi dan melakukan permintaan langsung di depan peserta rapat.

          "Kalau saya salah, maafkanlah saya dan maafkan Attahya," kata Fatmawati disaksikan para peserta rapat.

           Akhirnya rapat dinyatakan usai setelah Fatmawati dan kepala sekolah menandatangani surat pernyataan yang di buat lansung ketika rapat itu berlangsung dengan beberapa saksi dan disaksikan semua peserta rapat yang ada (MBs/Andi Baso Ishak- SHI)


Posting Komentar untuk "TRIPIKA PAMMANA MEDIASI KASUS SD 103 TADANGPALIE"