Jacob Ereste : *Menyalakan Cahaya Batin Dengan Budi Pekerti Seperti Gerakan Kebangkitan Nasional Oleh Boedi Oetomo Tahun 1908*
Swara Ham Indonesia News, Com.
Budi pekerti, kata Dr. Yudi Latif adalah jalinan halus antara pikiran, perasaan dan kemauan, segala yang tumbuh dari taman batin manusia. Adapun pekerti, adalah tenaga yang mewujudkan yang batin ke dalam tindakan, daya yang memberi bentuk pada nilai. Sedangkan pikiran adalah pelita hidup. Karenanya, bila sesat pikir, hidup bisa binasa. Dan etika adalah kendali. Maka itu bila pudar moral, hidup kehilangan arah. Sedangkan kemauan adalah tenaga. Karenanya, bila lemah karsa, hidup kehilangan daya.
Makna dari semua yang tersebut diatas, jelas kisarannya adalah di dalam wilayah spiritual. Sehingga, buah pikir dan perenungan Yudi Latif semakin dalam menuntun jauh masuk ke muara spiritual yang maha luas. Artinya, dalam perspektif intelektual, wisata spiritual makin digandrungi kalangan akademis yang mungkin telah suntuk dan lelah melakukan pencaharian tentang nilai-nilai yang lebih sakral dan bernas untuk membekali diri dalam kegaduhan pengembaraan banyak orang yang merasa dan menyadari bahwa perburuannya di belantara kota tak sepenuhnya mampu membahagiakan.
Permenungan tentang budi pekerti bagi Yudi Latif tampaknya ingin mengajak melihat tampilan gerakan Boedi Oetomo yang meletik pada 127 tahun silam. Sebagai bagian dari usaha mewujudkan cita-cita persatuan Indonesia yang terus mempertegas watak nasionalisme Indonesia dengan perluasan keanggotaannya yang terbuka meliputi bagi seluruh warga bangsa Indonesia.
Bahkan dalam perjalanan sejarahnya, Boedi Oetomo -- sebagai organisasi pergerakan nasional -- bergabung dengan Permupakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia pada Desember 1927.
Boedi Oetomo adalah organisasi pergerakan perkumpulan yang mematok tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sejak 20 Mei 1908, di Batavia ketika hingga menjadi simbol dari gerakan kebangkitan nasional bangsa Indonesia sampai sekarang.
Gerakan spiritual yang digerakkan oleh kaum intelektual -- para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) diantaranya Soetomo, Wahidin Sudirohusodo, Soeradji Tirtonegoro, Goenawan R. Anka, Muhammad serta Soelaiman, dan RM. Goembrek.
Setidaknya, begitulah Yudi Latif menandai awal abad ke-20 menjadi saksi kesadaran tak hanya mewujud dalam kelahiean Boedi Oetomo, tetapi juga dalam nafas organisasi sezaman seperti Djamiat Khair -- perkumpulan kebajikan Budi -- dan Tri Koro Dharmo yang memancangkan tiga tujuan mulia : sakti, budi dan bakti. Jadi, Budi pekerti dipahami sebagai fondasi kebangkitan dan jembatan menuju kemajuan.
Budi pekerti yang baik, diyakini pula oleh Yudi Latif mampu menyatukan nalar, rasa dan kehendak menjadi lalu yang baik, benar dan indah hingga terbentuknya karakter -- sebagai lukisan jiwa -- yang membentuk keunikan pribadi serta kekuatan moral yang tumbuh dari proses budaya.
Sungguh suatu bangsa yang memiliki karakter, mempunyai watak bersama yang lahir dari pengalaman kolektif. Persis seperti yang dikatakan. Otto Bauer bahwa suatu bangsa adalah persatuan karakter yang lahir dari persatuan pengalaman. Yang tak kalah penting dari semua itu, bahwa kemerdekaan Indonesia adalah berpokok pada bangsa, bukan untuk kemerdekaan negara. Dan Soekarno pun -- meski mengutip H.G Wells kata Yudi Latif, juga mengatakan bahwa besar atau kecilnya suatu bangsa tidak ditentukan oleh luas wilayah atau jumlah penduduk, melainkan ditentukan oleh kekuatan tekad, pancaran dari karakter jiwanya. Maka itu patut dipetuahkan, jika ingin menyusun jalan kebangkitan yang sesungguhnya, maka harus dimulai dari pembinaan budi pekerti -- seperti Boedi Oetomo -- dengan menyalakan cahaya batin yang memperkuat karakter. Sebab hanya dengan begitu akan tumbuh akar kemajuan yang menjulang tinggi dan kuat untuk menopang masa depan bangsa -- juga negara -- yang kuat dan tangguh.
Esensinya, bangsa yang merdeka dapat membangun negara yang merdeka. Tapi negara yang merdeka belum tentu dapat memerdekakan bangsanya. Karena itu, semboyan dan nyanyian kebangsaan Indonesia adalah membangun jiwa baru kemudian membangun raganya. Pemaknaan ini jelas mengisyaratkan bahwa yang utama itu adalah spiritual baru kemudian menyusul hal-hal yang bersifat material.
Banten, 21 Mei 2025
Posting Komentar untuk "Jacob Ereste : *Menyalakan Cahaya Batin Dengan Budi Pekerti Seperti Gerakan Kebangkitan Nasional Oleh Boedi Oetomo Tahun 1908*"