🔊 Dalam menjalankan tugas jurnalistik, seluruh wartawan media online Swara HAM Indonesianews.com dibekali dengan Tanda Pengenal. Harap tidak melayani oknum-oknum yang mengatas namakan media online Swara HAM Indonesianews.com tanpa dilengkapi Tanda Pengenal           🔊 Segala tindakan pelanggaran Hukum yang dilakukan oleh wartawan Swara HAM Indonesianews.com menjadi tanggaungjawab yang bersangkutan

Jacob Ereste : *Tahun Baru Hijriah dan Perayaan Yang Riap Bernilai Spiritual Pada Bulan Syura Yang Penuh Berkah*

Swara Ham Indonesia News,Com.

Tanggal 26 Juni 2025 dalam kalender Masehi bertepatan dengan 30 Dzulhijah 1446 Hijriyah, sebagai hari terakhir dari tahun umat Islam berdasarkan tahun Hijriyah baru Hijriyah, yaitu  1 Muharram tahun 1447 Hijriyah.

Untuk momentum ini -- Tahun Baru Hijriyah -- diperingati dengan melakukan pawai obor keliling kampung sebagai ekspresi dari muhasabah, introspeksi diri dan berdoa menyambut tahun baru Islam.

Seperti halnya peringatan 10 Muharram 1447 Hijriyah yang bertepatan pada tanggal 7 Juli 2024 (versi Muhammadiyah), hari Senin, 8 Juni 2025 dalam versi Nahdhatul Ulama) yang memiliki arti yang bernilai sejarah meski pemaknaannya  berbeda dari berbagai perspektif yang cukup kuat untuk memperkuat keimanan. Karena pada hari tersebut dianggap penuh berkah, seperti Nabi Musa dan Bani Israel diselamatkan dari kejahatan Fir'aun, dan Nabi Muhammad pun menganjurkan melakukan puasa, karena akan menghapus dosa selama setahun sebelumnya. (Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim) untuk menandai rasa syukur kepada Allah.

Dalam tradisi Syiah, diperingati sebagai hari gugurnya Imam Husain di Karbala. Jadi makna 1 Syura dan 10 Syura sangat besar nilai spiritual, sejarah hingga budaya bagi Umat Islam dalam pergantian tahun maupun kejadian bersejarah sepanjang bulan Syura dalam kalender Hijriah. Jadi keanekaragaman makna itu bagi umat Islam sesungguhnya menandai kekayaan percercapan pahaman yang luas. Sehingga alternatif pilihan pun menandai kebebasan, sejauh tidak keluar dari bingkai ajaran maupun tuntunan dalam Islam yang selalu menempuh siraotal Mustakim.

Kekayaan makna spiritual dan pemahaman tentang sejarah memang tidak harus tinggal dan final. Sebab persepsi setiap orang sungguh beragam dan akan ditentukan dari posisi perspektif pandang yang terkait dengan ruang dan waktu. Sehingga bulan Muharram pun dapat dijadikan momentum muhasabah, mengingat sejarah saat hijrahnya Nabi Muhammad SAW sebagai simbol perubahan menuju perbaikan yang lebih bermakna, memiliki  manfaat yang lebih besar dan sikap bijak.

Dalam tradisi Syi'ah dimaknai sebagai hari berkabung terhadap Imam Husain di Karbala yang gigih berjuang dan keteguhan menghadapi kezaliman, hingga reka mengorbankan jiwanya. Begitulah kekayaan Islam dalam tradisi tafsir dan perspektif pandang yang tidak harus seragam, Sebab yang utama bagi Islam yang kaffah adalah tetap berada dalam bingkai tauhid dan keadilan yang harus dan wajib untuk ditegakkan.

Artinya, perbedaan dalam tafsir dan pemaknaan tidak untuk dipertentangkan, karena sangat dipahami dan dimengerti dapat memperluas hikmah dan kesadaran dalam pemahaman spiritual yang perlu untuk terus ditingkatkan. Demikian juga peringatan setiap 1 Syuro dalam tradisi Jawa yang mengacu pada 1 Muharram Tahun Hijriah, sangat sarat dengan nilai-nilai spiritual dan budaya seperti mengadopsi kalender Hijriah menjadi Almanak Jawa. Meski tidak sepenuhnya identik peringatan seperti yang dilakukan dalam Islam.

Sehingga, peringatan 1 Syuro pun dalam Tahun Baru Almanak Jawa, menandai awal tahun Jawa-Islam yang diadopsi Sultan Agung sejak tahun 1634 Masehi dengan menggabungkan kalender hijriah dengan kalender saka. Sehingga arti almanak pun dalam tradisi budaya Jawa cukup komprehensif penjelasannya meliputi sistem atau penanggalan yang lebih lengkap mencatat waktu tertentu. Tidak hanya tentang tanggal dan bulan selama setahun, tetapi juga tentang peristiwa penting keagamaan, budaya dan astronomi yang menandai kemajuan dati peradaban manusia Jawa pada masa itu. Bahkan ada perhitungan musim, termasuk ramalan atau petunjuk yang acap dianggap tidak ilmiah, meskipun nyata terjadi kemudian.

Jadi almanak Jawa itu panduan waktu setahun yang disusun untuk membantu manusia menata aktivitas dan kegiatan hidup berdasarkan siklus alam, sosial dan pengaruh atau peranan spiritual. Begitulah almanak, melebar relasinya dengan primbon yang tak hanya mencatat waktu, tetapi juga memberi makna dan arah hidup manusia yang lebih bijak dan ugahari dalam domensi kultural maupun spiritual.

Sistem kalender Islam sendiri -- Hijriyah -- merupakan penanggalan yang berdasarkan bulan, bukan matahari seperti kalender Masehi. Adapun maknanya secara historis maupun spiritual menandai saat hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah yang menjadi titik awal penanggalan Islam. Makna historis dan filosofisnya jelas menjadi simbol dari perjuangan menuju perubahan yang lebih baik dalam  fase baru dakwah Islam mengajak kepada kebaikan, tidak melakukan kerusakan dan tidak merebut hak orang lain. Begitulah simbol dari Masyarakat Madani berdasarkan tauhid dan keadilan. Pendek kata, semua bentuk ibadah serta syariat yang berpatok pada kalender hijrah ini. Mulai dari puasa pada bulan Ramadan, Ibadah Haji, puasa Arafah dan Asyura. Dan sebagai bagian dari identitas peradaban Islam, semua itu dapat ikut membentengi orientasi hidup agar tidak larut dalam dominasi budaya asing yang merusak etika, moral dan akhlak manusia yang mulia, sebagai khalifatullah -- wakil Tuhan -- di muka bumi.

Pecenongan, 26 Juni 2025



**Paparan ini diinspirasi oleh Sri Eko Sriyanto Galgendu, selaku Pemimpin Spiritual Nusantara dalam dialog rutin mingguan Kamis-Senin, 26 Juni 2025 di Sekretariat GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) Jl. Ir. H. Juanda No. 4 Jakarta Pusat*

Posting Komentar untuk "Jacob Ereste : *Tahun Baru Hijriah dan Perayaan Yang Riap Bernilai Spiritual Pada Bulan Syura Yang Penuh Berkah*"